Setiap perusahaan tentunya memiliki siklus akuntansinya masing-masing. Dimana siklus ini merupakan serangkaian kegiatan yang didalamnya terdapat proses identifikasi, analisis, hingga merekam setiap kegiatan yang terjadi selama perusahaan berjalan. Pada umumnya siklus akuntansi ini dijalankan dalam kurun waktu satu tahun, dan pada setiap akhir tahun dilakukan laporan atas proses kegiatan selama satu tahun tersebut. Karena prosesnya yang terus berulang, terciptalah siklus yang dikenal sebagai tahapan siklus akuntansi.
Baca Juga: Awas Salah! Kenali Beda Hutang dan Piutang Berikut Ini
Pengertian Siklus Akuntansi
Secara khusus, Siklus Akuntansi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara berulang guna melakukan identifikasi, analisis, dan merekam setiap kegiatan akuntansi dalam sebuah perusahaan. Kegiatan ini dilakukan dalam kurun waktu satu tahun, dan dilakukan laporan pada setiap akhir tahun.
Dalam waktu satu tahun, semua prinsip, kaidah, metode, hingga teknik-teknik dalam akuntansi digunakan tanpa terkecuali untuk mencatat segala macam kegiatan akuntansi yang terjadi di perusahaan. Dengan adanya siklus ini, maka dapat membantu pemilik perusahaan dalam melakukan analisis dan penilaian terhadap berbagai kegiatan atau kejadian terkait kondisi keuangan perusahaan dalam waktu satu tahun. Sehingga dapat menentukan keuntungan atau kerugian pada tahun tersebut.
Tahapan Siklus Akuntansi
Setiap perusahaan harus mengikuti tahapan pada proses akuntansi secara berurutan. Adanya tahapan dalam siklus ini bertujuan untuk memberikan suatu informasi akuntansi yang tepat dan akurat sehingga dapat membantu petinggi perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Tahapan Siklus Akuntansi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Transaksi
Pada kegiatan ini, akuntan bertanggung jawab untuk mencatat segala macam kegiatan transaksi yang terjadi secara detail dan teliti. Catatan transaksi ini mencakup transaksi yang berdampak langsung pada perubahan kondisi keuangan perusahaan yang dinilai secara objektif. Agar keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap transaksi harus dicatat dengan menyertakan bukti berupa kuitansi, faktur, nota, atau bukti sah lainnya.
2. Analisis Transaksi
Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya akuntan harus melakukan analisis terhadap transaksi tersebut dengan menghitung pengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan. Agar lebih mudah dan akurat, akuntan dapat menggunakan double-entry system.
3. Pencatatan Transaksi dalam Jurnal
Tahapan siklus akuntansi selanjutnya adalah pencatatan semua transaksi yang dirangkum kedalam jurnal keuangan. Jika ditinjau dalam ilmu akuntansi, jurnal akuntansi diartikan sebagai sebuah catatan kronologis keuangan sebuah perusahaan selama satu periode. Penulisan informasi transaksi keuangan ini disebut dengan penjurnalan.
Setiap transaksi dibagi ke dalam dua bagian: Debit dan Kredit. Jurnal ditulis secara berurutan dan teliti seluruh transaksi ditulis transparan tanpa ada yang terlewatkan.
4. Posting Buku Besar
Akuntan selanjutnya harus memindahkan catatan transaksi kedalam buku besar yang didalamnya berupa kumpulan rekening pembukuan berisikan informasi aktiva tertentu dalam satu priode. Setiap perusahaan dipastikan harus memiliki berbagai daftar rekening buku besar yang diberi nomor kode tertentu untuk memudahkan proses identifikasi pada jurnal tersebut.
5. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Akuntan juga harus menyusun neraca saldo yang berisikan daftar saldo dari masing-masing rekening pada buku besar dalam kurun waktu yang ditentukan. Saldo yang terdapat dalam buku besar disatukan dan harus memiliki jumlah yang sama. Jika ada transaksi terlewat, maka akuntan wajib melakukan pencatatan pada jurnal penyesuaian.
6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan
Selanjutnya adalah menyusun neraca Saldo Penyesuaian pada buku laporan keuangan. Saldo dibagi kedalam dalam kelompok aktiva dan pasiva sesuai dengan statusnya. Sampai kemudian akuntan menyusun jumlah saldo keduanya agar sama besar.
Jika terjadi kesalahan dalam perhitungan maka akuntan tidak bisa membuat laporan keuangannya. Laporan keuangan baru boleh dibuat setelah jumlah saldo aktiva dan pasiva pada buku neraca saldo berjumlah sama besar.
Baca Juga: Begini Cara Mengelola Akuntansi UKM Dan Peranannya Pada Bisnis
7. Menyusun Jurnal Penutup
Tahapan siklus akuntansi terakhir yang wajib dilakukan akuntan dalam siklus ini adalah penyusunan Jurnal penutup. Pada setiap akhir periode, akuntansi menyusun jurnal penutup dengan cara menutup rekening nominal atau rekening laba rugi. Dalam menutup kedua rekening tersebut, akuntan bisa membuat nihil nilai rekening tersebut.
Tujuannya adalah untuk melihat aliran dana pada sumber dana selama periode akuntansi tersebut berjalan. Setelah itu, jurnal penutup dapat digunakan untuk melaporkan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode yang ditentukan tersebut.